Jumat, 14 Januari 2011

Budak dari budak.

Ada seorang Raja berkata kepada Sokrates,"Apa yang membuatmu tidak mau menghadapku padahal engkau adalah budakku?".
Sokrates menjawab,"Jika engkau jujur kepada dirimu, engkau pasti mengerti bahwa aku bukanlah budakmu".
Raja bertanya,"Bagaimana bisa begitu?"
Sokrates menjawab,"Pernahkah engkau mengetahui bahwa aku melakukan sesuatu atas dorongan nafsu dan marah?"
Raja menjawab,"Tidak"
sokrates bertanya lagi,"Pernahkah engkau begitu?"
Raja itu menjawab,"Pernah".
Sokrates berkata,"Saya menguasai nafsu dan marah, sementara keduanya menguasaimu. Jadi engkau adalah budak dari budakmu".

Kamis, 13 Januari 2011

Bencana dan Keberuntungan.

Oleh: Tanadi Santoso

Sai Wung kehilangan kuda.

Sai Wung kehilangan kuda betinanya, salah satu harta terbesar dikehidupan desa. Seluruh desa berkata "alangkah sial nasibmu."
Sai Wung tidak bersedih.

Seminggu kemudian ternyata kudanya kembali, dan membawa pulang seekor kuda jantan perkasa.
Seluruh desa berkata, "alangkah mujur nasibmu, kami semua iri."
Sai Wung tidak pula bersorak sorai.

Sebulan kemudian anak laki2 satu-satunya menunggang kuda jantan, terlempar terhampar terjatuh patah kaki, dia cacat seumur hidupnya.
Seluruh desa berkata, "alangkah malang nasibmu, anakmu satu-satunya cacat seumur hidup".
Sai Wung tetap tidak meratap.

Dua bulan kemudian, seluruh pemuda didesa itu diharuskan masuk tentara, berperang melawan musuh dari utara yang bengis.
Anak Sai Wung karena cacat tidak turut berperang, menjadi satu-satunya pemuda yang selamat, karena lainnya mati di medan perang.

Rabu, 12 Januari 2011

Permen

Suatu hari ada seorang ibu datang bersama anaknya menghadap Gandhi. Dan dia berkata, "bisakah Guru memberitahu anak saya untuk tidak memakan permen lagi?" Gandhi menjawab, "datanglah seminggu lagi".
Sang ibu pulang dan seminggu kemudian datang lagi bersama anaknya. Gandhi berkata, "anakku, mulai sekarang jangan makan permen lagi". Karena anak itu sangat mengagumi Gandhi, dia menurut untuk tidak makan permen.

Sang ibu berterimakasih sekali pada Gandhi tapi tak kuasa menahan keheranannya dan bertanya, "maaf Guru, mengapa harus seminggu untuk memberitahu anakku?" Gandhi menjawab, "karena seminggu yang lalu aku masih makan permen juga, dan sekarang aku sudah berhenti makan permen".